Teknologi Pita Mulsa Organik Induksi Magnetik Dongkrak Produksi Beras di NTT
Ketua PDP Kemenristekdikti Rita Paramwati menunjukkan inovasi Model Circular Economy Produksi Padi dengan Inovasi Pita Mulsa Organik (PMO) Induksi Magnetik. Foto: Dok. Humas Universitas Brawijaya |
Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, menerapkan teknologi pertanian untuk menggenjot produksi beras di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur.
Teknologi terbaru itu adalah Pita Mulsa Organik (PMO) dan Teknologi Induksi Magnetik. Adapun bahannya terbuat dari limbah pisang, eceng gondok, dan daun paitan.
Gunanya untuk mencegah pertumbuhan gulma dan mengurangi laju evaporasi. Imbasnya, produktivitas padi meningkat dan menjaga kualitas air irigasi. Alhasil, sektor perekonomian petani bakal signifikan.
Tim MF Universitas Brawijaya dan Universitas Nusa Cendana, Gunomo Djojowasito mengatakan hasil bisa diketahui dalam waktu tiga pekan usai pemasangan PMO.
"Yang jelas pada penerapan atau aplikasi saat ini memerlukan tenaga dan waktu yang banyak dan lama, karena PMO belum dalam bentuk pita yang dapat digulung," tegas Gunomo Djojowasito.
Gunomo mengatakan PMO yang dihasilkan masih terlalu tebal sehingga memerlukan banyak bahan bak. Kendati demikian, para petani begitu antusias selama praktik pemasangan Pita Mulsa Organik dan teknologi induksi magnetik.
Saat praktik bersama masyarakat, Gunomo Djojowasito menujukkan tata cara pemasangan PMO secara langsung di lahan. Sedangkan Ary Mustofa Ahmad mempraktikkan cara merakit teknologi induksi magnetik. Teknologi itu akan dipasang di sistem irigasi.
Adapun penerapan teknologi pertanian ini saat mendekati musim tanam. Dalam konteks ini, Universitas Brawijaya dan Universitas Nusa Cendana bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Malaka, menggelar praktik pemasangan Pita Mulsa Organik dan Teknologi Induksi Magnetik pada Selasa (20/08/2024).
Teknologi itu dipasang di lahan demplot petani Desa Harekakae, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka. Hadir dalam kegiatan itu, di antaranya mahasiswa MBKM, petani, penyuluh pertanian di Kabupaten Malaka dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Malaka drh. Januaria Maria Seran.
Termasuk Dr. Ir. Gunomo Djojowasito, MS dan Dr. Ir. Ary Mustofa Ahmad, MP mewakili dosen dari Universitas Brawijaya.
Sedangkan kegiatan ini wujud realisasi Program Dana Padanan (PDP) Kemenristekdikti dengan judul Model Circular Economy Produksi Padi dengan Inovasi Pita Mulsa Organik (PMO) Induksi Magnetik untuk Menunjang Kemandirian Pangan di Kabupate Malaka. Ketua program ialah Dr. Ir. Rita Paramwati, SP., ME., IPU., ASEAN.Eng.
PMO dipasang berbaris memanjang di antara padi yang telah ditanam. Pita Mulsa organik yang telah dipasang, lama-kelamaan akan terdegradasi dan sekaligus menjadi pupuk organik yang bagus bagi kualitas tanah.
Sedangkan teknologi induksi magnetik dirakit dan dipasang di saluran sekunder sistem irigasi pertanian.
Setelah kegiatan praktik pemasangan Pita Mulsa Organik dan perakitan teknologi induksi magnetik, petani diharapkan dapat menerapkan kedua teknologi tersebut secara mandiri sehingga bisa meningkatkan produktivitas tanaman padi mereka.
Universitas Brawijaya dan Universitas Nusa Cendana saling berkontribusi menyumbangkan ide untuk membangun pertanian di Kabupaten Malaka agar menjadi kabupaten yang unggul dengan inovasi teknologi yang diterapkan serta ramah lingkungan. (*)
Editor: Bagus Suryo
Sumber: Humas UB
Posting Komentar untuk "Teknologi Pita Mulsa Organik Induksi Magnetik Dongkrak Produksi Beras di NTT"